::Ahlan Wa Sahlan::

::Wahai Pemilik Ilmu::

"The beauty of a woman is not in the clothes she wears, The figure she carries, or the way she combs her hairs. The beauty of a woman must be seen from her eyes. Because that is the doorway to her heart, The place where love resides. The beauty of a woman is not the facial mole, But true beauty in a woman is reflected in her soul. It is caring that she lovingly gives, The passion that she shows. The beauty of a woman, With passing years-only grows..."

Wednesday, November 16, 2011

IKHTILAF DALAM MENYELESAIKAN TA’ARUDH AL-ADILLAH


JUDUL PRESENTASI: 
IKHTILAF DALAM MENYELESAIKAN TA’ARUDH AL-ADILLAH
MAHASISWI:
KASRINA BINTI RULLY (131109186)
SISKA RAHMAYANTI (131008678)


BAB 1
PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG

Salah satu kedah dalam pengeluaran atau penetapan hukum adalah melalui penyelesaian Ta’arudh al-Adillah. Kajian tentang Ta’arudh al-Adillah khusus dibahas ahli ushul ketika terjadinya pertentangan secara lahir antara dua dalil yang sama kuatnya dalam menunjukkan suatu hukum.

Penelitian dan penyelesaian ini sangat penting dilakukan oleh ahli ushul karena ketika disaat timbulnya masalah yang memerlukan pernyelesaian, dan dalil yang digunakan pula memiliki pertentangan zahirnya, maka dibimbangi akan munculnya kekeliruan dan kesalahfahaman mengenai dalil syara’ dan agama Islam itu sendiri.


BAB II
PEMBAHASAN

A.           DEFINISI TA’ARUDH AL-ADILLAH
Secara etimologi ta’arudh adalah pertentangan. Sedangkan al-adillah adalah jamak dari kata dalil yang berarti alasan, argumen dan dalil.[1]

Secara terminologi yang dikemukakan oleh para ahli ushul fiqh pula adalah:
a.                  Imam al-Syaukani adalah salah suatu dalil yang menentukan hukum tertentu terhadap suatu persoalan sedangkan dalil lain menentukan hukum yang berbeda dengan itu.

b.                  Kamal ibn al-Human dan al-Tafhazani adalah pertentangan dua dalil yang tidak mungkin dilakukan kompromi antara keduanya.

c.                  Ali Hasaballah adalah terjadinya pertentangan hukum yang dikandung suatu dalil dengan hukum yang dikandung dalil lainnya, yang kedua dalil tersebut berada dalam satu derajat. Yang dimaksud dengan satu derajat adalah antara ayat dengan ayat dan antara sunnah dengan sunnah.

1)      Contoh ayat dengan ayat adalah ‘iddah wanita yang kematian suami dalam surat al-Baqarah ayat 234 yaitu 4 bulan 10 hari. Ayat ini tidak membedakan antara wanita itu hamil atau tidak. Kemudian dalam surat at-Thalaq ayat 4 disebut bahwa ‘iddah wanita hamil adalah sampai melahirkan di sini tidak dibedakan antara cerai hidup dengan cerai mati.[2]

2)      Contoh sunnah dengan sunnah adalah hadis Rasulullah: “Tidak ada riba kecuali riba nasi’ab.” ( riba yang muncul dalam hutang piutang) ( HR. Bukhari dan Muslim ). Akibat riba al-fadl yaitu riba yang muncul akibat suatu transaksi, baik jual beli atau transaksi lainnya tidaklah haram. Tetapi dalam hadis lain Rasul bersabda: “Janganlah kamu jual gandum dengan gandum, kecuali dalam jumlah yang sama.” ( HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad bin Hanbal ).[3]

B.                 IKHTILAF DALAM MENYELESAIKAN TA’ARUDH AL-ADILLAH
           
1.      Menurut Hanafiyah:

a.   Nasakh, membatalkan hukum yang ada didasarkan adanya dalil yang dating kemudian yang mengandung hukum yang berbeda dengan hukum yang petama. Oleh karena itu  harus mengetahui asbabun nuzul dan asbabul wurud dari ayat atau sunnah tersebut. Dalil yang dipakai adalaha dalil yang datang kemudian.

b.    Tarjib, menguatkan salah satu di antara dua dalil yang bertentangan tersebut berdasarkan beberapa indikasi yang dapat mendukungnya. Ini dapat dilakukan ketika tidak diketahui mana dalil yang dulu dan mana dalil yang datang kemudian. Tarjib ini dapat dilakukan dari tiga sisi yaitu:

                                  i.     Petunjuk kandungan lafaz suatu nash. Contoh menguatkan nash yang mubkam ( hukumnya pasti ) dan tidak bisa dinasakbkan dari mufasar ( hukumnya pasti tetapi masih bisa dinasakhkan).[4]
                                ii.     Dari segi hukum yang dikandungnya, seperti menguatkan dalil yang mengandung haram dan dalil yang mengandung hukum boleh.
                              iii.     Dari sisi keadilan periwayatan suatu hadis.

c.     Al-Jam’u wa al-Taufiq, mengumpulkan dalil-dalil yang bertentangan, kemudian mengkompromikannya. Karena kaidah ushul mengatakan, “mengamalkan kedua dalil lebih baik daripada meninggalkan atau mengabaikan dalil yang lain”.

                                  i.     Contoh sunnah dengan sunnah adalah sabda Nabi: “Bukankah saya telah memberitahu kamu sebaik-baik kesaksian yaitu kesaksian yang diberikan seseorang sebelum diminta menjadi saksi ( HR. Muslim). Kemudian sabda Nabi berikutnya: sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya, kemudian generasi sesudahnya pula, lalu itu orang-orang akaan memberikan kesaksiannya ( di depan hakim ) tanpa diminta, sedangkan mereka tidak menyaksikan peristiwa itu, dan mereka berkhianat serta tidak dapat dipercaya ( HR. Bukhari dan Muslim ). Dari kedua hadis ini terlihat bahwa hadis pertama berbicara tentang kasus yang terkait dengan hak Allah, sedangkan hadis kedua berkait dengan kasus yang menyangkut hak manusia.

                                ii.     Contoh ayat dengan ayat adalah surat al-Maidah ayat 3: “diharamkan bagi kamu bangkai dan darah “. Di sini tidak  dijelaskan darah yang bagaimana, sementara dalam ayat 145 surat al-An’am, Allah mengatakan “… kecuali ( yang diharamkan itu ) bangkai darah yang mengalir…” Dengan demikian darah yang diharamkan secara mutlak dalam surat al-Maidah ayat 3, dibatasi dengan darah yang mengalir dalam surat al-An’am ayat 145.[5]


2.      Menurut Syafi’iyah, Malikiyah dan Zahiriyyah, cara penyelesaiannya adalah:
a.      
 Jam’u wa al-taufiq, alasannya kaedah ushul yang dikemukakan Hanafiyah, dan dapat dilakukan dengan tiga cara:
                                  i.          Apabila kedua hukum yang bertentangan  itu bisa dibagi, maka dilakukan cara pembagian yang sebaik-baiknya.
                                ii.          Apabila hukum yang bertentangan itu sesuatu yang berbilang, maka mujtahid boleh memilihnya, seperti sabda Nabi: “kata “La”, dalam ushul fiqh dapat berarti tidak sah, tidak sempurna dan tidak utama.
                              iii.          Apabila hukum tersebut bersifat umum yang mengandung beberapa hukum, maka dari satu sisi ditentukan hukumnya berdasarkan kandungan surat berikutnya.[6]

b.   Tarjih, yaitu menguatkan satu dari dua dalil yang bertentangan karena ada indikator yang mendukungnya. Metode ini digunakan para mujtahid manakala pengkompromian antara dalil yang bertentangan tidka dapat dilakukan. Upaya mentarjih ini dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu :
i.                    Mentarjih dari sisi sanad,
(khusus untuk menyelesaikan pertentangan dalil yang terjadi pada sunnah atau hadith)
ii.                  Mentarjih dari sisi matan,
iii.                Mentarjih dari sisi hukum,
iv.                Mentarjih dari sisi lain di luar nash.
(3 metode lagi digunakan untuk mengatasi pertentangan dalil yang terjadi pada al-Quran, Sunnah dan Ijma’.[7]
 
c.   Naskh, yaitu membatalkan hukum syara’ yang datang terdahulu dengan hukum syara’ yang sama datang kemudian. Metode ini digunakan ketika kedua metode sebelumnya tidak dapat menyelesaikan pertentangan antara dua dalil. Metode ini dapat digunakan apabila kedua dalil yang bertentangan dapat diketahui mana dalil yang lebih dahulu datang dan mana dalil yang datang kemudian. Contohnya, hadits Nabi s.a.w.:
Aku pernah melarang kamu menyimpa daging kurban melebihi kebutuhan tiga hari, maka sekarang makan dan simpanlah.” (HR. Ibn Majah)

            Hadits tersebut menunjukkan bahawa larangan menyimpan daging kurban melebihi kebutuhan tiga hari merupakan hukum yang pertama datang dan kebolehan menyimpan daging kurban melebihi kebutuhan tiga hari merupakan hukum yang datang kemudian.
  
d.  Tasaqut al-Dalilain, yaitu mengabaikan kedua dalil yang bertentangan dan beralih mencari dalil lain, meskipun kualitasnya lebih rendah. Kalangan Syafi’iyyah, Malikiyyah, Hanabilah dan Zahiriyyah, menggunakan metode tasaqut al-Dalilain apabila ketiga cara sebelumnya tidak dapat menyelesaikan pertentangan kedua dalil tersebut.[8]


BAB III
PENUTUP

A.                     KESIMPULAN
Daripada perbahasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahawa terdapat dua pendapat utama yang digunakan oleh para mujtahid dalam menyelesaikan dan menghilangkan pertentangan yang berlaku antara dua dalil secara zahir (Ta’arudh al-Adillah) yaitu menurut metode Hanafiyyah dan Syafi’iyyah.

Metode Hanafiyyah mengemukakan tiga langkah dalam menyelesaikan Ta’arudh al-Adillah, yaitu secara naskh, tarjih dan al-Jamu wa al-Taufiq. Metode Syafi’iyyah pula mengemukakan empat langkah yaitu al-Jamu wa al-Taufiq, tarjih, naskh dan tasaqut al-Dalilain. Metode Syafi’iyyah ini juga digunakan oleh ulama Malikiyyah, Hanabilah dan Zahiriyyah.

 
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus. 2004. Ushul Fiqh Metode Mengkaji Dan Memahami Hukum Islam Secara Komprehensif. Jakarta: Zikrul Hakim.
H. Nazar Bakry. 2003. Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.



[1] Firdaus, Ushul Fiqh Metode Mengkaji Dan Memahami Hukum Islam Secara Komprehensif, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004, Cet-1, h. 188.
[2] H.Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h. 253.

[3] Dalam hadis ini, riba al-fadl adalah haram. Jadi ada pertentangan antara hadis pertama dengan hadis  kedua.
[4] H.Nazar Bakry , op.cit., h. 254.
[5] Ibid, h. 255.
[6] Ibid, h. 256.
[7] Firdaus, op. cit., h. 200.
[8] Ibid, h. 201.

P/S :  Rujukan Tambahan

Al-Zuhaili, Wahbah, Ushul al-Fiqh al-Islami, 2001, Beirut: Dra al-Fikr, Cet.ke-2
Khalaf, Abdul Wahab, 1997, Ilmu ushulul Fiqh, Terj. Prof. Drs. KH. Masdar Helmy, Bandung: Gema Risalah Press
Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh  Jilid 1,1997,  Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Yahya, Mukhtar.,dan Fatchurrahman, 1993, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Islami.Bandung :Al-Ma’rif

Tuesday, November 15, 2011

INDAHNYA ISLAM (1)....=)

 
MARAHLAH.....MARAHLAH KERANA TUHANMU!






Assalamu’alaikum warahmatuLLAHI wabarakatuh.
BismiLLAH wa Hamdan syukran liLLAH.
Segala puji buat-Mu Allah, Habibi Qalbi. Selawat dan salam buat junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w dan seluruh ahlul bait dan para sahabat serta tabi’in, tabi’ tabi’in seterusnya buat para pejuang agama yang telah syahid dan yang masih tegar berdiri memperjuangkan Islam. Ma, Pa’. Guru-guru dan sahabat-sahabiah sefikrah dan seakidah. 

APA KHABAR IMAN KITA (IMAN SAYA DAN IMAN SAHABAT SEKALIAN?) =)

Seiring berjalannya waktu, seiring berputarnya roda kehidupan. Saya ingin mengingatkan diri saya dan kita semua. Untuk apakah kita hidup? Apakah tujuan sebenar kehidupan kita? Bangun, tidur, solat, makan, belajar, bekerja, nikah, senyum, ketawa, marah, menangis, nonton tv, dengar radio (ikim ;)), berjalan, berlari, duduk, memandu, memberi pendapat, menerima kritikan dan sebagainya rutin seorang manusia… Keletihan melaksanakan tugas dan tanggungjawab sehari-harian… Untuk apakah semua itu?

Mungkin ada yang akan menjawab “itulah fitrah kehidupan sebagai manusia”, mungkin juga ada yang berkata “untuk mencari kebahagiaan”, dan saya paling pasti, bagi yang bersifat islamik, akan menjawab “untuk beribadah kepada ALLAH”. Hujah dan dalil yang paling utama adalah surah az-dzariat ayat 56, 

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu. (56)

                Benar. Teramat benar. Itulah tujuan sebenar hidup manusia. Untuk beribadah kepada Allah. Namun, berapa ramaikah diantara kita yang memahami konsep ibadah yang sebenar-benarnya? Kita sendiri, saat kita menyebut atau mendengar perkataan ibadah, apakah yang terlintas diminda kita? Jujurlah. Secara umumnya, pasti perkara pertama yang terbayang adalah solat, zakat, haji dan puasa, bukan? =) itulah minda umum kita.
                Wahai Jiwa-jiwa yang lembut, sesungguhnya konsep ibadah itu luas. Setiap perkara yang kita lakukan dari sebesar-besar perkara(mentadbir negara) sehinggalah sekecil-kecil perkara(bersin) pun mampu menjadi ibadah disisi Islam. Ya, benar. Demikian betapa indah dan mudahnya Islam. Bukankah Islam juga mendidik kita adab bersin? Hatta yang mendoakan orang yang bersin juga mampu beroleh pahala secara mudah. Ada yang bertanya, kalau Islam mengajar semua perkara, bolehkah dalam keadaan kita marah kita beribadah? =) Kalau saya katakan, dalam marah pun kita masih mampu menjadikannya ibadah. Percayakah?=)

Ya, marah itu mampu menjadi ibadah jika marah itu kita salurkan secara betul. Marahlah… Marahlah… tapi biarlah marahmu itu kerana Allah… Bagaimana? Marahlah atas perkara-perkara yang merendahkan martabat Islam dan perkara-perkara yang melanggar hak Allah. Itu marah yang sebenarnya. Kalau marah dengan seseorang yang kita benci@tak suka? =) Benci dan marahlah kerana sikapnya yang perlu dan boleh diubah. Jangan dimarah orang atau sifatnya. Kerana, sifatnya yang tidak sempurna itu adalah ciptaan Allah. Bukankah jika kita memarahinya kerana fizikalnya yang tidak sempurna, secara tidak langsung kita juga mempersoalkan Penciptanya? Na’uzubiLLAH.

            Seringkali bukan, kita mendengar bila orang marah, akan menyebut sekali fizikal orang yang dimarahi. Contohnya “manalah sipolan ni. Dahlah pendek, lembab lagi..” atau “menyampahnya sipolan tu. Berlagak depan cikgu. Tunjuk baiklah tu. Muka x lengkap, perangai pun sama..” Mesti kita pernah dengar kata-kata tu kan?=) bahkan saya yakin, mungkin ada dari sahabat-sahabat yang pernah mendengar kata-kata yang lebih teruk lagi, kan? Bukan menghukum, jauhlagi bersangka buruk, tapi itulah realiti hari ini. Bukan Islam melarang untuk marah. Namun, jika ia lebih melibatkan kepentingan peribadi, yang sangat digalakkan adalah bersabar dan memaafkan. 

Pasti ada lagi yang bertanya, kalau Islam membenarkan marah, kenapa perlu ada maaf? =) Jika semua manusia mahu mempertahankan haknya untuk marah, nescaya hancur ranaplah dunia. Kenapa saya mengatakan bahawa, jika ia melibatkan kepentingan peribadi antara individu, bukannya Islam tidak memberi hak untuk marah, tetapi BERSABAR DAN MEMAAFKAN ITU LEBIH MULIA. Kenapa, semarah-marah kita terhadap hinaan atau kritikan orang lain, disaat kita rasa terhina itu, disaat kita rasa sedih itu, cubalah sedaya mungkin kita mengenangkan bagaimana RASULULLAH dihina, dibaling dengan najis, dilempar dengan batu, namun baginda masih mahu untuk bersabar. Demi umatnya. Demi kasihnya. Kalaulah Baginda tidak bersabar, nescaya hancurlah penduduk To’if. Bukankah Malaikat Jibril menawarkan untuk menghempap penduduk To’if dengan bukit lantaran penghinaan mereka terhadap Kekasih Allah itu. Ya Kekasih Allah. 

Pasti ada lagi yang menyatakan, BAGINDA ADALAH RASULULLAH. Ya, Baginda adalah Rasulullah. Lantas? Apakah lagi alasan kita  lagi wahai Saudara Yang Saya Cintai Kerana ALLAH? Bukankah kita sendiri menyatakan bahawa kita beriman dengan Al-Quran? Dan bukankah didalam Al-Quran itu sendiri yang menyatakan bahwa Baginda itu lah Qudwah? Ikutan yang perlu kita ikuti? Bukankah dalam kalimah syahadah itu sendiri kita bersaksi bahawa Nabi Muhammad itu pesuruh Allah? Apakah persaksian kita itu hanya sebuah kata-kata semata? =) Jangan seperti itu saudaraku..

Mahukah saya kongsikan satu kisah, ketika seorang isteri memesan kepada suaminya untuk membeli sebiji buah tembikai. Ketika suaminya membeli buah tembikai tersebut, suaminya bertanya kepada penjual tersebut, adakah buah tembikai yang dipilihnya itu baik? Lantas sipenjual menjawab, InshaAllah buah yang dijualnya baik2. Dia tidak akan menjual yang tidak baik. Sisuami pun dengan yakinnya membawa buah tembikai itu pulang. Saat siisteri membelah buah tembikai itu, ternyata buah tembikai itu tidak baik. Lantas, siisteri yang mengidam itu naik marah (fahamlah kan, bila wanita mengidam tak dapat apa yang dia nak..=).  Sisuami yang mendengar lantas beristighfar dan berkata “Isteriku, jika engkau mahu menyalahkanku, tidak mengapa. Marahlah, tapi tentang keburukan buah itu, apakah engkau mahu menyalahkan penjual itu? Dia juga pasti hanya mahu menjual yang terbaik. Lalu, apakah engkau mahu menyalahkan sipekebun yang menanam tembikai itu? Sudah pasti di juga hanya mahu mendapatkan hasil yang baik. Tidak ada penanam yang mahu melihat hasil tanamannya buruk dan rosak”. Sambil tersenyum, suaminya berkata lagi, “takkanlah mahu menyalahkan buah itu kan?” Setelah itu, suaminya mula bersuara lebih serius, “Isteriku, setelah tiada siapa yang boleh dipersalahkan untuk engkau marahi, hanya satu yang bertanggungjawab menjadikan ini semua. Tahukah engkau isteriku? Siapa yang engkau marahkan?” siisteri mula tertunduk. Suaminya pun menyambung, “ALLAHkah yang engkau marahkan Wahai isteriku?...Beristighfar dan bertaubatlah”siisteri pun mula menitiskan air mata.

Wahai Saudara dan sahabat sekalian, kita adakalanya seringkali terlepas pandang perkara kecil yang sebenarnya besar kesannya pada impak iman dan akidah kita. Marilah. Marilah saudara dan sahabat yang sangat saya cintai kerana Allah, marilah kita Recheck dan Renew kembali iman dan syahadah kita. Bimbang akhirnya kita nanti dikumpulkan dalam kalangan orang yang munafik. Berkata apa yang kita tidak perbuat. Sekadar berkata kita cinta Rasulullah, tetapi dalam masa yang sama, masih mengkhianati sunnahnya. Na’uzubillah. Ighfirlana ya Rabbana, Ya Rahman, Ya Rahim.

******************************
وَذَكِّرۡ فَإِنَّ ٱلذِّكۡرَىٰ تَنفَعُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

Dan tetap tekunlah engkau memberi peringatan, kerana sesungguhnya peringatan itu mendatangkan faedah kepada orang-orang yang beriman. (55)

**************

-MUJAHIDAH SOLEHAH, 
TIDAK GENTAR MENJULANG AGAMA
SEKALIPUN SEISI DUNIA MENGHALANGNYA-


Friday, November 11, 2011

Belajar Untuk Memberi Dan Memahami


Assalamu'alaikum wbt...

Saya cuma mahu bertanya pada diri saya dan kita semua...Kita... sering mengharapkan agar orang lain memahami diri kita. Tapi kita jarang sekali cuba untuk memahami orang lain. Di saat kita marah, kita sering kali hendak orang lain tahu betapa marahnya kita. Tapi kita tidak pernah cuba memahami betapa tergurisnya hati orang yang kita marah. Ketika kita memberi pandangan, kita mahu orang lain mendengar dan menerima pandangan kita, tapi pernahkah kita cuba untuk mendengar pandangan orang lain tanpa kita mencelah?

Sekadar luahan minda dan hati...

Seminggu Yang Indah!

'AIDIL ADHA DAN PARADIGMA DIRI'





Assalamu’alaikum warahmatuLLAHI wabarakatuh.
BismiLLAH wa Hamdan syukran liLLAH.
Segala puji buat-Mu Allah, Habibi Qalbi. Selawat dan salam buat junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w dan seluruh ahlul bait dan para sahabat serta tabi’in tabi’ tabi’in seterusnya buat para pejuang agama yang telah syahid dan yang masih tegar berdiri memperjuangkan Islam.

       ALLAHUAKBAR. ALLAHUAKBAR. ALLAHUAKBAR WA LILLAHILHAMD. AlhamduliLLAH, telah berakhir program anak angkat@BAKSOS (Bakti Sosial) di Kg. Neuhun dan Sambutan Idul Adha bersama masyarakat Aceh, anjuran bersama PRSUMK (Pembimbing Rakan Sebaya Universiti Malaysia Kelantan) dan PKPMI-CA (Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Di Indonesia Cabang Aceh) yang brtempat di Panti Asuhan Tahfiz An-nur, Leung Bata. Program 2 dalam 1 (dwi-programme) yang berlangsung selama 6 hari 5 malam ni memang sangat mencabar dan sangat mendidik diri saya sebagai seorang yang bernama insan@manusia. Tapi, jujurnya, ia sangat memberi kesan pada diri saya. =) Kenapa?

Thursday, November 10, 2011

What goes around, Comes around!

"No one becomes someone on his own; No iron becomes a sharp dagger alone."





Assalam'alaikum warahmatuLLAH. BismiLLAH wa Hamdan Syukran liLLAH. First of all, I want to say, this is the first time I writing my entry in English.=) quite awkward. But I'm still on the way of learning. Yup. Learning process.
The reason why I writing this, when I read my lecturer's entry, I felt smething. Yup, my lecturer. Not my ex-lecturer. We alwys heard the terms 'ex-grlfrnd, ex-housemte, and etc. But for me, in terms of education, there is no 'ex-teacher or ex-lecturer'. 
I just want to share. Nothing more than that.

Followers

::Mutiara Hadith::

::Mutiara Hadith::
Daripada Abu Hurairah r.a berkata: Seorang lelaki dari kalangan orang ansar telah datang mengadukan halnya kepada Rasulullah s.a.w. Ia berkata: Wahai Rasulullah! Aku sesungguhya mendengar perkataanmu dan aku sangat kagum dan hairan dengan keindahannya tetapi aku tidak dapat menghafalnya. Maka apa yang perlu aku lakukan? Maka sabda Nabi s.a.w: "Hendaklah engkau menggunakan tangan kananmu," sambil Baginda mengisyaratkan supaya ia menulis apa yang ia dengarkan". (H.R Tirmidzi)

::IAIN AR-RANIRY (2011/2013)::

Semester 7 (11/12)
INU 1001 Pendidikan Kewarganegaraan

INU 1004 Bahasa Indonesia

INU 3002 Ilmu Budaya Dasar

INK 3004 Matematika Dasar

INK 3007 Hadis

SYA 1009 Ilmu Hukum

SPH 3009 Asbab Ikhtilaf Al-Fuqaha

SPH 3010 Sosiologi Hukum

SPH 3011 Hukum Islam Di Indonesia
*******
Semester Pendek (10/11)
SYA 7701 Filsafat Hukum Islam

SYA 7702 Praktikum

SYA 7703 Membahas Kitab Fiqh II
*******

Semester 8 (11/12)

SYA 2007 Hukum Adat

SYA 4701 Ushul Fiqh II

SYA 4702 Hukum Islam Dan Masyarakat

SPH 4708 Ushul Fiqh Muqaranah I

SMI 4709 Epistomologi Perundang-Undangan I

SYA 6701 Ushul Fiqh III

SPH 6805 Epistomologi Perundang-Undangan II

SPH 6806 Ushul Fiqh Muqaranah II

SPH 6807 Syari’at Islam Di Aceh

SPH 6808 Takhrij Hadis

SPH 6809 Hukum Perkahwinan Di Indonesia

*******

Semester 9 (11/12)

SYA 5702 Membahas Kitab Fiqh I

SPH 5803 Membahas Kitab Tafsir

SPH 5804 Muqaranah Mazhab Fil Jinayah

SPH 5805 Hukum Tata Negara

SPH 5806 Ilmu Falak

SPH 5809 Legal Drafting I

SPH 7804 Metode Penelitian Hukum

SPH 7806 Metode Ijtihad Kontemporer

SPH 7809 Legal Drafting II

*******

Semester 10 (12/13)

SYA 8701 KPM

SYA 8702 Skripsi

SYA 8703 Ujian Komprehensif

:: KIPSAS 2008/2011 ::

Semester 4 (09/10)

ASU 2012 Qawaidh Fiqhiyah

ASU 2022 Pengantar Fiqh Islam

ASU 2073 Usul Fiqh

ASU 2102 Siyasah Syar'iyyah

ASU 2142 Al-'arabiyyah li al-syariyyah 1

ASU 2202 Undang-Undang Jenayah Perbandingan

ASU 2222 Undang-Undang Keluarga Perbandingan

ASU 2262 Bahasa Inggeris 3

KIP 2031 Halaqah Usrah 3
*******

Semester 5 (10/11)

KIP 2041 Usrah II

ASU 2272 Bahasa Inggeris IV

ASU 2152 Al-Arabiyyah Li Al-Syar'iyah II

ASU 2083 Pentadbiran Harta Orang Islam

ASU 2232 Undang-Undang Syarikat & Perkongsian

ASU 2242 Undang-Undang Keterangan Perbandingan

ASU 2212 Undang-Undang Probet Perwarisan

ASU 2062 Fiqh Muamalat
*******

Semester 6 (10/11)

ASU2052 Ayat & Hadith Ahkam

ASU2282 English For Law

ASU2122 Kaunseling Islam & Guaman Syari'e

ASU2132 Undang-Undang Prosedur Mal & Jenayah

ASU2252 Undang-Undang Acara Sivil & Jenayah

ASU2093 Ulum Al-Quran & Ulum Hadith

ASU2984 Kertas Projek

~Bicara Zahidah~

~Bicara Zahidah~
"Wahai Rabbi, Jika aku sujud kepadaMu kerana gerun dengan api nerakaMu, Maka bakarlah aku didalamnya. Dan jika aku sujud kepadaMu kerana tamakkan syurgaMu, Maka halanglah aku daripadanya. Tetapi jika aku sujud kepadaMu kerana kecintaanku kepadaMu, Maka kurniakanlah aku balasan yang besar. Izinkanlah aku melihat wajahMu Yang Maha Agung dan Mulia itu..."
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...